Ahok keluar dari Gerindra, DPRD terhina

perah sapi
(sumber : http://www.erepublik.com/de/article/-s-sidak-barak-capung-hail--789571/1/20)

Siapapun yang dikatain sebagai pemeras, meskipun sebenarnya memang pemeras pasti akan merasa terhina. Inilah kejadiannya tatkala Ahok bilang jika dia tak mau jadi gubernur dipilih tak langsung oleh rakyat tapi melalui DPRD, karena hanya akan jadi budak DPRD. Dengan dipilih oleh DPRD, kepala daerah hanya akan jadi sapi perahan (diperas) oleh DPRD. Tapi, hal itu belum terjadi di republik ini. Seluruh kepada daerah baik itu gubernur, bupati, walikota semua telah dipilih oleh rakyat (pilkada langsung) tak terkecuali Ahok.

Dari tata bahasa yang sudah sangat jelas seperti diatas, kita perlu mempertanyakan kemampuan berbahasa Indonesia orang-orang yang memperkarakan celotehan Ahok. Ada baiknya mereka belajar lagi berbahasa Indonesia terutama pada kata kalau, jika, andaikata.

Niat badan advokasi Gerindra melaporkan pasal penghinaan atas ucapan Ahok, disambut tak kalah culasnya oleh politikus PPP yang akan membinasakan karir Ahok. Gayung bersambut ini akan terus merembet kepada seluruh kepala daerah yang notabene bukan berasal dari partai koalisi saya lupa namanya, sebut saja koalisi PraHara. Satu demi satu kepala daerah akan di-impressi sampai kejang-kejang hingga mati kering. Yah, itulah kenyataannya kalau kita (bangsa) ini terlalu mudah memaafkan dan memelihara harimau yang sudah tega memakan anak-anaknya hanya karena sang anak inginkan mainan demokrasi.

Kembali kepada DPRD yang nantinya akan memilih kepala daerah diseluruh Indonesia, diharapkan sebaiknya pula tidak dipilih langsung oleh rakyat tetapi dipilih langsung oleh elite partai seperti jaman pak harto dulu. Nah, itu baru serasi dan harmonis - Babat Habis hak Demokrasi Rakyat. Dengan begitu yel-yel "Selamatkan Indonesia akan terwujud".

0 Response to "Ahok keluar dari Gerindra, DPRD terhina"

Posting Komentar